001 - Prolog: Pemandangan dari atas lebih baik....?

Hari itu.

Itu adalah hari yang cerah dan cerah menggantikan hujan yang samar-samar membuat lupa musim apa saat ini. Dan itu membuat suasana hatiku sangat baik.Stasiun yang sedikit lusuh terletak di daerah pedesaan tepat di luar kota yang bisa akses dengan bertukar kereta. Ini adalah jenis stasiun yang hanya akan sibuk pada malam hari atau di pagi hari. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar penggunanya adalah siswa yang bepergian ke dan dari sekolah.

Mayoritas sekolah negeri telah berada di daerah ini, sebagian besar karena lahannya relatif murah dibandingkan dengan tempat lain. 'Hal ini sangat menguntungkanku, jarak ke sekolah tidak begitu jauh sehingga hanya perlu naik bus. Maksudku, harus melakukan banyak latihan di pagi hari pasti akan membunuhku.'

Kalau dipikir-pikir, aku bahkan tidak akan memilih sekolah semacam itu. Ya aku tidak akan memilihnya.

Ahhh... Tapi udaranya sangat bagus pagi ini. apa aku bolos saja? Setidakknya sebentar lagi musim panas. Berjalan sambil melamun, seseorang tiba-tba menepuk pundakku.

"Shou, selamat pagi."

"Ohh? Pagi Terao."

Ehh..Kenapa bukan gadis dari kelasku?... Tunggu! Ini bukan karena aku selalu berpikir tentang hal-hal seperti itu! aku tidak memikirkannya sama sekali!

Terao.

Pertama kali aku bertemu dengannya saat aku masuk SMA, karena kepribadian kami hampir sama, kami menjadi cepat akrab. Kau bisa mengganggap kami berteman akrab.

"Kenapa dengan wajahmu? kau asti berpikir tentang sesuatu seperti 'Ah...kenapa Terao yang menyapaku' benarkan?"

"Ah... Aku ketahuan."

Meskipun aku tertawa, aku selalu bertanya-tanya kenapa hidup begitu kejam. Terao sangat populer. Dia adalah seorang pria yang disebut ikemen1) .

Sedangkan aku adalah pria yang bermasalah. Mau bagaimana lagi, itulah aku.

"Ahh..Aku iri dengan wajahmu."

Dibandingkan dengan langit yang cerah, hatiku menjadi mendung.

" Serius? Ini lagi? Kenapa kau selalu mengatakan hal itu? Aku lelah mendengarnya." Terao memutar bola matanya padaku. Kami hampir selalu memiliki percakapan yang sama setiap pagi. Bisa dikatakan seperti inlah kami bertegur sapa setiap hari.

Tidak membeda-bedakan siapa pun, ramah, namun tidak sembrono dan baik ... Itulah sekilas tentang Terao.

Lalu ada aku.

Aku benar-benar benci mengakuinya, tapi sepertinya aku tidak disukai oleh para wanita. Kapan pun aku ingin berbicara dengan salah satu dari mereka di kelas, hal yang paling aneh terjadi. Entah mereka hanya akan berbicara denganku secara pelan dan singkat, bisa digambarkan sebagai bisikan, sebelum menjadi merah dan melarikan diri. Atau, mereka akan diseret oleh seseorang sebelum aku bahkan bisa mengatakan apapun!

Jujur saja, satu-satunya penjelasan logis yang bisa aku dapatkan adalah bahwa ketika mereka melarikan diri, secara tidak sadar aku membuat marah mereka dalam beberapa cara dan ketika mereka diseret oleh salah satu teman mereka, jelas sekali mereka memberi tahunya 'Jangan mendekati seseorang seperti itu!'

Sial! Mengapa pria ini begitu populer !?Ohh, dunia bisa benar-benar tidak adil kadang ...

Sambil mengomel di hatiku, aku menyadari tatapan aneh yang diberikan Terao padaku.

"Ini .. bukan apa-apa. "

Ahh, mengapa aku bicara seperti itu? Sebaiknya aku memberitahunya bahwa ada sesuatu! Tapi Terao baru saja menerimanya dengan "Oke." Dan tersenyum. Ohhh...sugguh respons yang gentleman. Mari kita pelajari. Diam-diam aku mengangguk pada fakta bahwa aku memiliki teladan yang baik di sisiku ...

Sebuah vas jatuh.

....hmm? Eh?