BAB 1. TAMU ANEH DITENGAH MALAM. --- Part 3

pula dan baru saja berduduk, belum sempat bertanya lebih lanjut, pada saat itulah Liok Bu-siang berlari-lari masuk sambil berteriak-teriak

ia tidak jelas apa yang diledakkan anak perempuannya, tapi ia lantas membentaknya: "Anak perempuan tidak tahu aturan, hayo ribut apa ? Lekas masuk sana !"

Tapi Bu-siang lantas berteriak pula: "Ayah, orang itu sedang menggali kuburan nenek !"

Baru sekarang Liok Lip-ting terkejut, serentak ia melonjak bangun dan membentak: "Apa katamu ? Ngaco-belo !"

"Memang betul, paman," pada saat itu pula Thia Eng juga sudah masuk

Liok Lip-ting tahu anak perempuan sendiri sangat nakal dan jahil, tapi Thia Eng tidak pernah berdusta, maka ia lantas tanya lebih jelas apa yang telah terjadi

Dengan terputus-putus dan tak teratur Liok Bu-siang menceritakan apa yang dilihat dan dialaminya tadi

Tidak kepalang terkejut dan gusar Liok Lip-ting, segera ia samber golok yang tergantung di dinding, ia minta maaf kepada ketiga tamunya, lalu berlari menuju makam ayah-bundanya. Ketiga tetamunya juga lantas menyusulnya ke sana,

Setiba di depan makam, tak terperikan pedih hati Liok Lip-ting, hampir saja ia jatuh kelengar, Ternyata makam ayah-ibunya sudah dibongkar orang, bahkan kedua rangka peti mati juga sudah terbuka. jenazah di "dalam peti mati sudah lenyap, benda-benda yang biasanya disertakan di dalam peti juga berserakan tak keruan.

sedapatnya Liok Lip-ting menenangkan diri, dilihatnya tutup peti mati sama meninggalkan bekas lima kuku jari yang dalam, jelas bangsat pencuri mayat itu telah mencongkel tutup peti mati secara paksa dengan tenaga jarinya yang hebat Padahal kedua peti mati itu terbuat dari kayu yang keras, diberi pantek dan dipaku pula sehingga sangat kuat, tapi orang itu mampu membongkarnya dengan bertangan kosong, maka betapa hebat ilmu silat orang itu sungguh sukar diperkirakan

-oooo000oooo-

JIK - LIAN - SIN - CIANG

Tidak keruan rasa hati Liok Lip-ting, ya sedih ya gusar, ya kejut ya sangsi, tapi ia tidak mendengarkan cerita Bu-siang secara jelas sehingga tidak diketahui bangsat pencuri mayat ini ada permusuhan kesumat apa dengan ayah-bundanya sehingga sesudah kedua orang tua itu sudah meninggal masih dirasakan perlu merusak kuburannya serta memusnahkan mayatnya.

Sejenak dia terlongong di depan kuburan, segera pula ia mengejar, tapi hanya beberapa langkah, ia ragu2, ia memeriksa tapak kaki disekitar kuburan, namun jejak yang dicarinya tak diketemukan, ia bertambah heran, pikirnya: "Seorang diri dia membawa jenazah ayah bunda-ku, betapapun tinggi Ginkangnya pasti juga meninggalkan tapak kaki ?"

Biasanya dia cukup cermat, namun mengalami kejadian yang tak terduga ini, pikirannya menjadi kacau, tidak sempat lagi ia memeriksa dengan teliti, segera ia lari mengejar mengikuti jalan raya. Ketiga tamu tadi kuatir akan keselamatannya, merekapun mengintil dengan kencang.

Begitu Liok Lip-ting kembangkan Ginkang, larinya secepat kuda membedal, mana bisa ketiga orang itu menyusulnya ? sekejap saja sudah kehilangan bayangannya, Liok Lip-ting berlari memutar beberapa kali, cuaca pun sudah gelap, terpaksa dia kembali ke kuburan pula, dilihatnya ketiga tamu itu berdiri menunggu di pinggir kuburan, Liok Lip-ting berlutut di depan kuburan, ia memeluk peti mati ibunya dan menangis tergerung-gerung.

setelah orang puas menangis, barulah ketiga laki2 itu maju membujuk: "Liok-ya, harap tenangkan hati dan berpikirlah dengan jernih. Mungkin kami bisa memberi sedikit keterangan latar belakang kejadian ini."

Melotot kedua mata Liok Lip-ting, teriaknya: "Siapa bangsat keparat itu ? Dimana dia ? Lekas katakan !"

Kata salah seorang itu: "Cukup panjang cerita ini, tidak perlu Liok-ya gugup, marilah pulang dulu nanti kita rundingkan persoalan ini."

Liok Lip-ting anggap omongan orang memang benar, katanya: "Aku terlalu gugup sampai berlaku kurang hormat."

"Ah, kenapa Liok-ya berkata demikian," sahut ketiga tamu itu.